PETA KEMISKINAN DI INDONESIA
DAN KESENJANGAN SOSIAL
Mata Kuliah : Perekonomian Indonesia
Dosen : Silvia Sari
Disusun Oleh:
Nama NIM
Ana
Solekah 2014122403
Diky
Rizkiansyah 2014122547
Ego
Kurnianto 2014121439
Sarimauli
Pransisca 2014122236
Tryana 2014121327
04 SAKEF
RUANG 641
FAKULTAS EKONOMI AKUNTANSI
UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Surya Kencana
No. 1 Pamulang-Tangerang Selatan
Telp/Fax :
021-7412566/71709855 http://www.unpam.ac.id
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan
syukur Penulis panjatkan
kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena
atas berkat rahmat-Nyalah
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok ini
tepat pada waktunya.
Kami sangat tertarik
untuk penelitian dengan judul :“PETA
KEMISKINAN DI INDONESIA DAN KESENJANGAN SOSIAL”.
Tujuan tugas kelompok ini
untuk memenuhi syarat
mengikuti Ujian Akhir Semester 4,
mata kuliah Perekonomian
Indonesia Fakultas Ekonomi Program
Studi Ekonomi Akuntansi
Universitas Pamulang.
Kami menghadapi
hambatan dalam menyelesaikan
tugas kelompok ini
tetapi kami melakukan
bimbingan dari berbagai
pihak, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas
kelompok ini dengan
baik oleh karena itu
kami mengucapkan terima kasih
kepada :
-
Ibu Silvia Sari selaku dosen Perekonomian
Indonesia.
-
Orang tua yang
selalu memberikan motivasi
dan semangat serta doa
-
Teman – temansatu kelompok yang selalu memberikan motivasi dalam menyelesaikan tugas kelompok ini.
Kami menyimpulkan sepenuhnya
bahwa tugas kelompok
ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena
itu Penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran guna
kesempurnaan tugas kelompok
ini bermanfaat bagi
kami sebagai Penulis dan Pembaca umumnya.
Tangerang, Mei
2016
DAFTAR ISI
Halaman
KATA
PENGANTAR....................................................................................1
DAFTAR
ISI...................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
...............................................................
1.2. Perumusan
Masalah.......................................................................
1.3. Tujuan............................................................................................
1.4. Manfaat
.........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kemiskinan dan Penggaguran.................................................................
2.2 Kesenjangan Sosial.........................................................................
2.3.Kerawanan Sosial………………………………………………….
2.4.
2.5.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................
3.2
Saran...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Negara
Indonesia dikenal sebagai Negara agraris, atau yang biasa dikenal sebagai
Negara yang sebagian besar penduduknya bergerak dalam bidang pertanian. Dalam
Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan pemerintah Indonesia agar memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan bangsa. Namun dalam kenyataannya pemerintah
tidak mempunyai kepekaan yang serius terhadap kaum miskin.
Kemiskinan
merupakan problematika kemanusiaan yang mendunia dan hingga kini masih menjadi
isu sentral di belahan bumi manapun. Selain bersifat laten dan
aktual, kemiskinan adalah penyakit sosial ekonomi yang tidak hanya dialami
oleh negara-negara berkembang melainkan juga negara maju seperti Inggris dan
Amerika Serikat.
Jika kita lihat
dari dampak yang ditimbulkan oleh korupsi ini, hampir semua lapisan
masyarakat merasakannya. Bagi kalangan pengusaha korupsi menyebabkan persaingan
yang tidak kompetitif antar pengusaha karena semua proses harus melalui uang
pelicin dan memerlukan waktu yang lama. Bagi masyarakat bawah
korupsi justru menimbulkan biaya hidup yang lebih tinggi, harga-harga
menjadi mahal akhirnya mencul banyak pengemis seperti yang kita bahas di depan.
Pengangguran,pemerasan, hingga pembunuhan yang sumber utamanya adalah
uang, hanya dengan satu alasan untuk hidup dan munculnya Undang-Undang
Korupsi dan Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi bisa dijalankan dengan
baik. Namun pada kenyataannya kinerja KPK ini belum memuaskan hati
publik, karena banyak kasus korupsi yang penanganannya belum tuntas.
Diantaranya kasus korupsi pajak dan kasus yang dialami dari beberapa anggota
Partai Demokrat belakangan ini .
Pada hal ini
penyusun mencoba memaparkan kemiskinan di Negara Indonesia.Kemiskinanmerupakan
hal yang kompleks keranamenyangkutberbagaimacamaspek seperti hakuntukterpenuhinyapangan,kesehatan, pendidikan, pekerjaandan
sebagainya. Agar kemiskinan di Indonesia dapat menurun diperlukandukungandankerja
sama dari pihak masyarakat dan keseriusan pemerintah dalam menangani masalah
ini.
Kemiskinan
merupakan masalah multidimensi dan lintas sektor yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang saling berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan, kesehatan,
pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender, dan
kondisi lingkungan.
Bila kita
melihat sebenarnya kesejahteraan itu milik pemerintah, atau para pegawai
negeri. Dan orang –orang yang bergerak dalam organisasi pemerintah
tingkat atas. Dan sebagian besar juga bagi para pengusaha –pengusaha yang ruang
lingkupnya besar. Golongan orang-orang kelas atas inilah yang akan selalu
menjadi penguasa, dan monopoli terhadap golongan kelas menengah ke bawah.
1.2 Perumusan
Masalah
Dalam tugas
terstruktur individu ini, penyusun yang membahas mengenai masalah kemiskinan,
didapatkan rumusan masalah yang akan di bahas dalam analisis permasalahan.
Rumusan masalah tersebut, adalah sebagai berikut :
-Apa yang menjadi masalah dasar dalam
pengentasan kemiskinan di Indonesia ?
-Apa yang menjadi penyebab dari kemiskinan
dan kesenjangan sosial
?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan
dibuat makalah yang membahas tentang kemiskinan dan kesenjangan sosial di Indonesia ini
adalah sebagai berikut:
1)
Menumbuhkan kesadaran masyarakat Indonesia yang mampu dalam
hal materi agar ikut berperanserta untuk mengentaskan kemiskinan dan
kesenjangan sosial di Indonesia.
2)
Memberikan informasi kepada masyarkat Indonesia untuk
menghadapi kemiskinan dan kesenjangan sosial yang merupakan tantangan global
dunia ketiga.
3)
Untuk mengetahui sejauh mana upaya yang dilakukan Pemerintah
dalam mengentaskan kemiskinan.
1.4 Manfaat
1.
Bagi penulis
Penulisan makalah ini disusun sebagai
salah satu pemenuhan tugas terstruktur dari mata kuliah” Perekonomian
Indonesia”. Serta mampu menjadi sumber informasi bagi masyarakat.
2.
Bagi pihak lain
Makalah ini diharapakan dapat menambah
referensi pustaka yang berhubungan dengan permasalahan dan upaya penyelesaian
kemiskinan dan kesenjangan pendapatan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kemiskinan & Pengangguran
A. kemiskinan
Definisi
tentang kemiskinan telah mengalami perluasan, seiring dengan semakin
kompleksnya faktor penyebab, indikator maupun permasalahan lain yang
melingkupinya. Kemiskinan tidak lagi hanya dianggap sebagai dimensi ekonomi
melainkan telah meluas hingga kedimensi sosial, kesehatan, pendidikan dan
politik. Menurut Badan Pusat Statistik, kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi
standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makan maupun non makan.
Definisi dibuat tergantung dari latar belakang dan tujuan, juga tergantung dari
sudut mana definisi tersebut ditinjaunya, untuk kepentingan apa definisi
tersebut dibuat. Biasanya definisi-definisi tersebut akan saling melengkapi
antara yang satu dengan yang lainnya.
Definisi kemiskinan dilihat dari
beberapa segi :
1. Dilihat
dari standar kebutuhan hidup yang layak / pemenuhan kebutuhan pokok.
Golongan ini mengatakan bahwa
kemiskinan itu adalah tidak terpenuhnya kebutuhan-kebutuhan pokok/dasar
disebabkan karena adanya kekurangan barang-barang dan pelayanan –pelayanannya
yang dibutuhkan untuk memenuhi standar kebutuhan yang layak.
Ini merupakan kemiskinan absolut/mutlak
yakni tidak terpenuhinya standar kebutuhan pokok/dasar.
2. Dilihat
dari segi pendapatan/ penghasilan income
Kemiskinan oleh golongan dilukiskan
sebagai kurangya pendapatan/penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang
pokok.
3. Dilihat
dari segi kesempatan / Opportunity
Kemiskinan adalah karena ketidaksamaan
kesempatan untuk mengakumulasikan (meraih) basis kekuasaan sosial meliputi :
a)
Keterampilan yang memadai.
b)
Informasi/pengetahuan – pengetahuan yang berguna bagi
kemajuan hidup.
c)
Jaringan-jaringan sosial ( Social Network ).
d)
Organisasi-organisasi sosial dan politik.
e)
Sumber-sumber modal yang diperlukan bagi peningkatan
pengembangan kehidupan.
4. Dilihat
dari segi keadaan / kondisi
Kemiskinan sebagai suatu kondisi /
keadaan yang bisa dicirikan dengan :
a)
Kelaparan/kekurangan makan dan gizi.
b)
Pakaian dan perumahan yang tidak memadai.
c)
Tingkat pendidikan yang rendah.
d)
Sangat sedikitnya kesempatan untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang pokok.
5. Dilihat
dari segi penguasaan terhadap sumber-sumber
Menurut golongan ini kemiskinan
merupakan keterlantaran yang disebabkan oleh penyebaran yang tidak merata dan
sumber-sumber ( Malldistribution of Resources), termasuk didalamnya pendapatan
/ income.
6. Kemiskinan
menurut Drewnowski
Drewnowski ( Epi Supiadi:2003) mencoba
menggunakan indikator-indikator sosial untuk mengukur tingka-tingkat kehidupan
( The Level of Living Index ). Menurutnya terdapat tiga tingkatan kebutuhan
untuk menentukan tingkat kehidupan seseorang :
a)
Kehidupan fisik dasar ( Basic Fisical Needs ), yang meliputi
gizi/nutrisi, perlindungan/perumahan ( Shelter/housing ) dan kesehatan.
b)
Kebutuhan budaya dasar ( Basic Cultural Needs), yang
meliputi pendidikan,penggunaan waktu luang dan rekreasi dan jaminan sosial
(Social Security).
c)
High income, yang meliputi pendapatan yang surplus atau
melebihi takarannya.
Definisi kemiskinan dilihat dari
beberapa konsep adalah :
1. BAPPENAS
Tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya
untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.
2. BPS
Bilamana jumlah rupiah yang dikeluarkan
atau dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kurang dari 2.100 kalori
perkapita.
3. Bank
Dunia
Tidak tercapainya kehidupan yang layak
dengan penghasilan 1,00 dolar AS perhari .
4. BKKBN
keluarga miskin jika :
a)
Tidak dapat melaksanakan ibadah menurut keyakinannya.
b)
Tidak mampu makan sehari dua kali.
c)
Tidak memiliki pakaian berbeda untuk dirumah,bekerja atau
sekolah dan berpergian.
d)
Tidak bagian terluas dari rumahnya berlantai tanah.
e)
Mampu membawa anggota keluarga sarana kesehatan.
5. WB
(2001) kemiskinan adalah suatu kondisi terjadinya kekurangan pada taraf hidup
manusia baik fisik atau sosial.
B.Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kemiskinan menurut para Ahli.
Setiap permasalahan timbul pasti
karena ada faktor yang
mengiringinya yang menyebabkan timbulnya sebuah permasalahan, begitu juga dengan masalah kemiskinan yang dihadapi oleh Negara
indonesia. Beberapa factor yang
menyebabkan timbulnya kemiskinan menurut Hartomo dan Aziz dalam Dadan Hudyana (2009:28-29) yaitu :
1). Pendidikan yang Terlampau Rendah
Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan pendidikan atau keterampilan yang dimiliki seseorang menyebabkan keterbatasan kemampuan seseorang untuk masuk dalam dunia kerja.
1). Pendidikan yang Terlampau Rendah
Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan pendidikan atau keterampilan yang dimiliki seseorang menyebabkan keterbatasan kemampuan seseorang untuk masuk dalam dunia kerja.
2). Malas Bekerja
Adanya sikap malas (bersikap pasif atau bersandar pada nasib) menyebabkan seseorang bersikap acuh tak acuh dan tidak bergairah untuk bekerja.
3). Keterbatasan Sumber Alam
Suatu masyarakat akan dilanda kemiskinan apabila sumber alamnya tidak lagi memberikan keuntungan bagi kehidupan mereka. Hal ini sering dikatakan masyarakat itu miskin karena sumberdaya alamnya miskin.
4). Terbatasnya Lapangan Kerja
Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi kemiskinan bagi masyarakat. Secara ideal seseorang harus mampu menciptakan lapangan kerja baru sedangkan secara faktual hal tersebut sangat kecil kemungkinanya bagi masyarakat miskin karena keterbatasan modal dan keterampilan.
Adanya sikap malas (bersikap pasif atau bersandar pada nasib) menyebabkan seseorang bersikap acuh tak acuh dan tidak bergairah untuk bekerja.
3). Keterbatasan Sumber Alam
Suatu masyarakat akan dilanda kemiskinan apabila sumber alamnya tidak lagi memberikan keuntungan bagi kehidupan mereka. Hal ini sering dikatakan masyarakat itu miskin karena sumberdaya alamnya miskin.
4). Terbatasnya Lapangan Kerja
Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi kemiskinan bagi masyarakat. Secara ideal seseorang harus mampu menciptakan lapangan kerja baru sedangkan secara faktual hal tersebut sangat kecil kemungkinanya bagi masyarakat miskin karena keterbatasan modal dan keterampilan.
5). Keterbatasan Modal
Seseorang miskin sebab mereka tidak mempunyai modal untuk melengkapi alat maupun bahan dalam rangka menerapkan keterampilan yang mereka miliki dengan suatu tujuan untuk memperoleh penghasilan.
6). Beban Keluarga
Seseorang yang mempunyai anggota keluarga banyak apabila tidak diimbangi dengan usaha peningakatan pendapatan akan menimbulkan kemiskinan karena semakin banyak anggota keluarga akan semakin meningkat tuntutan atau beban untuk hidup yang harus dipenuhi.
Suryadiningrat dalam Dadan Hudayana (2009:30), juga mengemukakan bahwa kemiskinan pada hakikatnya disebabkan oleh kurangnya komitmen manusia terhadap norma dan nilai-nilai kebenaran ajaran agama, kejujuran dan keadilan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penganiayaan manusia terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain. Penganiayaan manusia terhadap diri sendiri tercermin dari adanya :
1.keengganan bekerja dan berusaha,
2.kebodohan,
3.motivasi rendah,
4.tidak memiliki rencana jangka panjang,
5.budaya kemiskinan, dan
6.pemahaman keliru terhadap kemiskinan.
Seseorang miskin sebab mereka tidak mempunyai modal untuk melengkapi alat maupun bahan dalam rangka menerapkan keterampilan yang mereka miliki dengan suatu tujuan untuk memperoleh penghasilan.
6). Beban Keluarga
Seseorang yang mempunyai anggota keluarga banyak apabila tidak diimbangi dengan usaha peningakatan pendapatan akan menimbulkan kemiskinan karena semakin banyak anggota keluarga akan semakin meningkat tuntutan atau beban untuk hidup yang harus dipenuhi.
Suryadiningrat dalam Dadan Hudayana (2009:30), juga mengemukakan bahwa kemiskinan pada hakikatnya disebabkan oleh kurangnya komitmen manusia terhadap norma dan nilai-nilai kebenaran ajaran agama, kejujuran dan keadilan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penganiayaan manusia terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain. Penganiayaan manusia terhadap diri sendiri tercermin dari adanya :
1.keengganan bekerja dan berusaha,
2.kebodohan,
3.motivasi rendah,
4.tidak memiliki rencana jangka panjang,
5.budaya kemiskinan, dan
6.pemahaman keliru terhadap kemiskinan.
Sedangkan penganiayaan terhadap orang
lain terlihat dari ketidakmampuan seseorang bekerja dan berusaha akibat :
1.ketidakpedulian orang mampu kepada orang yang
memerlukan atau orang tidak mampu dan
2.kebijakan yang tidak memihak kepada orang
miskin.
1.ketidakpedulian orang mampu kepada orang yang
memerlukan atau orang tidak mampu dan
2.kebijakan yang tidak memihak kepada orang
miskin.
C.Kebijakan
– Kebijakan Pengangguran
Adanya bermacam-macam pengangguran membutuhkan cara-cara mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu sbb :
1.Cara Mengatasi Pengangguran Struktural
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :
a.Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja
b.Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang
kelebihan ke tempat dan sector
ekonomi yang kekurangan
c.Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan
c.Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan
(lowongan) kerja yang kosong, dan
d.Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami
d.Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami
Pengangguran
2.Cara
Mengatasi Pengangguran Friksional
Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-
Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-
cara sebagai berikut:
a.Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru,
a.Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru,
terutama yang bersifat padat karya
b.Deregulasi dan Debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang
b.Deregulasi dan Debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang
timbulnya investasi baru
c.Menggalakkan pengembangan sector Informal, seperti home indiustri.
d.Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sector
c.Menggalakkan pengembangan sector Informal, seperti home indiustri.
d.Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sector
agraris dan sector formal lainnya
e.Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan
e.Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan
jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa
menyerap
tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari
kalangan swasta.
3.Cara Mengatasi Pengangguran Musiman.
Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara :
a.Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sector lain,
b.Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu
Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara :
a.Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sector lain,
b.Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu
ketika menunggu musim tertentu.
4.Cara mengatasi Pengangguran SiklusUntuk mengatasi pengangguran jenis ini
4.Cara mengatasi Pengangguran SiklusUntuk mengatasi pengangguran jenis ini
adalah :
a.Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
b.Meningkatkan daya beli Masyarakat
a.Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
b.Meningkatkan daya beli Masyarakat
D.
Pengangguran
I. Definisi Pengangguran
Definisi pengangguran secara teknis
adalah semua orang dalam referensi waktu tertentu, yaitu pada usia angkatan
kerja yang tidak bekerja, baik dalam arti
mendapatkan upah atau bekerja mandiri, kemudian mencari
pekerjaan, dalam arti mempunyai kegiatan aktif dalam mencari kerja tersebut.
Selain definisi di atas masih banyak istilah arti definisi pengangguran
diantaranya:
Menurut Sadono Sukirno Pengangguran adalah suatu keadaan
dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan
pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Menurut Payman J. Simanjuntak
Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja berusia angkatan kerja yang tidak
bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum
pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.
Definisi pengangguran berdasarkan istilah umum dari pusat
dan latihan tenaga kerja Pengangguran adalah orang yang tidak mampu mendapatkan
pekerjaan yang menghasilkan uang meskipun dapat dan mampu melakukan
kerja.Definisi pengangguran menurut Menakertrans Pengangguran adalah orang yang
tidak bekerja, sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan suatu usaha baru, dan
tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan
pekerjaan.
II. Jenis-Jenis Pengangguran
Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang
belum bekerja atau tidak bekerja secara optimal. Berdasarkan pengertian diatas,
maka pengangguran dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
a) Pengangguran Terselubung (Disguissed
Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena
suatu alasan tertentu.
b) Setengah Menganggur (Under
Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena
tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini
merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
c) Pengangguran Terbuka (Open
Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai
pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat
pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
Macam-macam pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya
dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu :
a) Pengangguran konjungtural (Cycle
Unemployment) adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang
(naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
b) Pengangguran struktural (Struktural
Unemployment) adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur
ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Pengangguran struktuiral bisa
diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti : akibat permintaan berkurang,
akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi, akibat kebijakan pemerintah.
c) Pengangguran friksional (Frictional
Unemployment) adalah pengangguran yang muncul akibat adanya ketidaksesuaian
antara pemberi kerja dan pencari kerja. Pengangguran ini sering disebut
pengangguran sukarela.
d) Pengangguran musiman adalah
pengangguran yang muncul akibat pergantian musim misalnya pergantian musim
tanam ke musim panen.
e) Pengangguran teknologi adalah
pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian tenaga manusia
menjadi tenaga mesin-mesin
f) Pengangguran siklus adalah
pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian (karena
terjadi resesi). Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan
masyarakat (aggrerat demand).
III. Sebab-Sebab Terjadinya Pengganguran
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengganguran
adalah sebagai berikut:
a) Besarnya Angkatan Kerja Tidak
Seimbang dengan Kesempatan Kerja
Ketidakseimbangan
terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja
yang tersedia.Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.
b) Struktur Lapangan Kerja Tidak
Seimbang
c) Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga
terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang.
Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar
daripada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya,
belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan
yang tersedia.Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja
yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.
a) Meningkatnya peranan dan aspirasi
Angkatan Kerja Wanita dalam seluruh struktur Angkatan Kerja Indonesia.
b) Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga
Kerja antar daerah tidak seimbang
Jumlah
angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja,
sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut
dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain,
bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.
IV. Dampak-Dampak Pengangguran Terhadap Perekonomian
Untuk mengetahui dampak pengganguran terhadap per-ekonomian
kita perlu mengelompokkan pengaruh pengganguran terhadap dua aspek ekonomi,
yaitu:
a.
Dampak
Pengangguran terhadap Perekonomian suatu Negara
Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya
adalah meningkatkan kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil
dan dalam keadaan naik terus. Jika tingkat pengangguran di suatu negara relatif
tinggi, hal tersebut akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang
telah dicita-citakan.
Hal ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif
terhadap kegiatan perekonomian, seperti yang dijelaskan di bawah ini:
a. Pengangguran bisa menyebabkan
masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya. Hal
ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil
(nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan potensial
(pendapatan yang seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh
masyarakat pun akan lebih rendah.
b. Pengangguran akan menyebabkan
pendapatan nasional yang berasal dari sektor
pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan
menyebabkan kegiatan perekonomian me-nurun sehingga pendapatan masyarakat pun
akan menurun. Dengan demikian, pajak yang harus dibayar dari masyarakat pun
akan menurun. Jika penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi
pemerintah juga akan berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus
menurun.
c. Pengangguran tidak menggalakkan
pertumbuhan ekonomi. Adanya pengangguran akan menyebabkan daya beli masyarakat
akan berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil produksi akan
berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan Investor (pengusaha) untuk
melakukan perluasan atau pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat
investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu.
b. Dampak pengangguran terhadap
Individu yang Meng-alaminya dan Masyarakat
Berikut ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap
individu yang mengalaminya dan terhadap masyarakat pada umumnya:
a) Pengangguran dapat menghilangkan
mata pencaharian
b) Pengangguran dapat menghilangkan
ketrampilan
c) Pengangguran akan menimbulkan
ketidakstabilan social politik.
VI. Kebijakan-Kebijakan Pengangguran
Adanya bermacam-macam pengangguran membutuh-kan cara-cara
mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu sbb
:
VII. Cara Mengatasi Pengangguran Struktural
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan
adalah :
a. Peningkatan mobilitas modal dan
tenaga kerja
b. Segera memindahkan kelebihan tenaga
kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan sector ekonomi yang
kekurangan
c. Mengadakan pelatihan tenaga kerja
untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan
d. Segera mendirikan industri padat
karya di wilayah yang mengalami pengangguran.
VIII. Cara Mengatasi Pengangguran
Friksional
Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat
digunakan cara-cara sbb:
a. Perluasan kesempatan kerja dengan
cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang bersifat padat karya
b. Deregulasi dan Debirokratisasi di
berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru
c. Menggalakkan pengembangan sector
Informal, seperti home indiustri
d. Menggalakkan program transmigrasi
untuk me-nyerap tenaga kerja di sector agraris dan sector formal lainnya
e. Pembukaan proyek-proyek umum oleh
peme-rintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan
lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk
merangsang investasi baru dari kalangan swasta.
IX. Cara Mengatasi Pengangguran Musiman.
Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara :
b. Melakukan pelatihan di bidang
keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.
X. Cara mengatasi Pengangguran Siklus
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini adalah :
a. Mengarahkan permintaan masyarakat
terhadap barang dan jasa, dan
b. Meningkatkan daya beli Masyarakat.
2.2 Kesenjangan Sosial
A.Definisi Kesenjangan Sosial
Kesenjangan
sosial adalah suatu keadaan ketidakseimbangan sosial yang ada di masyarakat yang
menjadikan suatu perbedaan yang mencolok. Hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya faktor ekonomi, budaya dan biologis. Kesenjangan
sosial kerap kali menjadi permasalahan dalam kepemimpinan di lembaga,
organisasi, partai, atau kumpulan sosial lainnya dan bahkan dalam wilayah hukum
sekalipun.
B.faktor-faktor yang
mempengaruhi kesenjangan sosial, antara lain:
1.Faktor Ekonomi
1.Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi diantaranya kemiskinan
dan pengangguran. Pada dasarnya faktor kemiskinan sangatlah berpengaruh sekali
terhadap kehidupan dan pergaulan anak. Anak disekolah sering kali dikucilkan
karena kesenjangan ekonomi keluarganya yang kurang sehingga mempengaruhi
terhadap psikologi perkembangan diri anak tersebut. Mereka merasa terasingkan
ketika bergaul dengan sebayanya yang serba berkecukupan, terutama dalam
dunianya yang penuh dengan dunia bermain. Contohnya ketika anak yang
berkecukupan mempunyai mainan baru, dia merasa iri ingin memilikinya sehingga
dia merasa malu karena keadaanya yang tidak memungkinkan.
2.Faktor Budaya
Dalam
faktor budaya misalnya perceraian, sangatlah mempunyai dampak yang sangat besar
bagi kehidupan dan psikologi anak, dimana pada masa-masa anak berkembang dan
mereka membutuhkan kasih sayang dari keluarganya, justru mereka tidak
menemukanya sama sekali, sehingga mereka haus akan kasih sayang dan mereka
sering kali mempunyai kepribadian yang tak terarah.
Seringkali mereka diejek karena tidak mempunyai keluarga yang utuh, sehingga mereka sering berfikir yang negatif tentang dirinya sendiri, mereka selalu mengasingkan dirinya bukan karena mereka tak bisa bermain atau menggaulkan dirinya dengan teman sebayanya, tetapi mereka malu akan keadaan keluarganya.
Seringkali mereka diejek karena tidak mempunyai keluarga yang utuh, sehingga mereka sering berfikir yang negatif tentang dirinya sendiri, mereka selalu mengasingkan dirinya bukan karena mereka tak bisa bermain atau menggaulkan dirinya dengan teman sebayanya, tetapi mereka malu akan keadaan keluarganya.
3.Faktor Biologis
Pada
faktor biologis, seseorang anak mempunyai penyakit menular otomatis anak
tersebut akan dijauhi oleh teman-temanya. Misalnya anak tersebut mempunyai
batuk yang tak berkesudahan atau penyakit TBC, maka teman-temanya tidak ada
yang mau mendekati anak tersebut karena mereka takut akan tertular penyakitnya
itu.
Kesenjangan
sosial terjadi karena banyaknya rakyat miskin dan pengangguran di Indonesia.
Sebenarnya Indonesia mampu menjadi negara yang maju dan menjadi negara yang
mampu menyejahterakan masyarakatnya. Karena Indonesia memiliki sumber daya alam
yang sangat kaya dan melimpah tetapi mengapa masih terjadi kesenjangan sosial
yang sangat mencolok. Ini menjadi pertanyaan besar yang perlu adanya jawaban
dan titik terang. Hal ini merupakan tugas bagi pemerintah untuk bisa lebih
menyejahterakan masyarakat serta meminimalisir kesenjangan sosial.
2.3.Kerawanan Sosial
A.Definisi Kerawanan
Sosial
Kerawanan
Sosial ialah suatu keresahan sosial yang berkepanjangan,
yang diakibatkan oleh proses konflik yang ditimbulkan dari perbedaan pendapat
suatu masyarakat/kelompok golongan tertentu, dengan pemecahan dan penyelesaian
masalah yang tidak memuaskan masyarakat/kelompok golongan tersebut.
Ketidakpuasan ini masih dalam eskalasi aman sehingga hanya diperlukan tindakan
pencegahan. Ketidak puasan pemecahan masalah dari yang tidak tepat dicegah akan
memicu keresahan,demonstrasi/anarkis ataupun separatisme.
B. Dampak kerawanan Sosial dari Segi Agama
Kerawanan sosial bisa muncul dari berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, seperti bidang ekonomi, hukum, budaya, hiburan, olahraga maupun bidang agama. Agama seharusnya mampu menjadi benteng untuk menyatukan perbedaan yang ada maupun mencegah tindakan yang dapat mengundang timbulnya masalah dalam masyarakat. Dalam makalah ini akan memberikan contoh kerawanan sosial yang ditimbulkan oleh kerusuhan umat beragama yang dapat mengancam ketahanan nasional.
Kerawanan sosial bisa muncul dari berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, seperti bidang ekonomi, hukum, budaya, hiburan, olahraga maupun bidang agama. Agama seharusnya mampu menjadi benteng untuk menyatukan perbedaan yang ada maupun mencegah tindakan yang dapat mengundang timbulnya masalah dalam masyarakat. Dalam makalah ini akan memberikan contoh kerawanan sosial yang ditimbulkan oleh kerusuhan umat beragama yang dapat mengancam ketahanan nasional.
C. Kebijakan penanggulangan Kerawanan Sosial :
• Tidak mengambil resiko sekecil apapun yang dapat mengancam NKRI (penye-
• Tidak mengambil resiko sekecil apapun yang dapat mengancam NKRI (penye-
lesaian kerawanan sosial yang berkembang menjadi krisis).
• Penyelesaian kerawanan sosial dan krisis dengan tegas & proposional, semata-
• Penyelesaian kerawanan sosial dan krisis dengan tegas & proposional, semata-
mata hanya untuk
kepentingan nasional, bangsa dan NKRI berdasarkan
Pancasila dan UUD ’45.
• Untuk menyelesaikan kerawanan sosial dan krisis yang bersifat nasional,
• Untuk menyelesaikan kerawanan sosial dan krisis yang bersifat nasional,
keutuhan wilayah NKRI menjadi tujuan
utama, tanpa meng-ambil resiko sekecil
apapun.
• Untuk menyelesaikan kera-wanan sosial dan krisis nasional, tetap berkibarnya
• Untuk menyelesaikan kera-wanan sosial dan krisis nasional, tetap berkibarnya
lambang negara Bendera Merah Putih di
seluruh pelosok tanah air menjadi
tumpuan utama.
• Dalam penyelesaian kerawanan sosial yang tidak mungkin penyelesaiannya
• Dalam penyelesaian kerawanan sosial yang tidak mungkin penyelesaiannya
secara normal, diperlukan keterpaduan
dari semua aparat pemerintah dan
masyarakat secara bersama-sama
menghadapi krisis tersebut.
• Strategi penanggulangan kerawanan sosial disesuaikan dengan eskalasi perkem-
• Strategi penanggulangan kerawanan sosial disesuaikan dengan eskalasi perkem-
bangannya, misalnya kondisi aman,
kondisi rawan, kondisi gawat darurat dan
kondisi
rehabilitasi.
D. Upaya penanggulangan kerawanan sosial. Dalam
pelaksanaannya diperlukan keterpaduan, yaitu :
i. Unsur Pelaksana (Dephan, TNI dan jajarannya, Polri dan jajarannya), unsur
i. Unsur Pelaksana (Dephan, TNI dan jajarannya, Polri dan jajarannya), unsur
Pemda (Mawil Hansip, Tibum,
Pemadam Kebakaran), Unsur Kejaksaan/Kejari,
dan Unsur Masyarakat.
ii. Sasaran Penanggulangan.
• Semua bentuk kerawanan sosial, bersifat multi dimensi yang dapat menimbulkan
ii. Sasaran Penanggulangan.
• Semua bentuk kerawanan sosial, bersifat multi dimensi yang dapat menimbulkan
Ancaman, Gangguan, Hambatan, dan Tantangan
(AGHT) terhadap stabilitas
keamanan daerah atau wilayah NKRI.
• Kerawanan sosial yang ditimbulkan oleh bencana alam, akibat perang dan
• Kerawanan sosial yang ditimbulkan oleh bencana alam, akibat perang dan
pengungsian akibat konflik.
• Metoda Penanggulangan Preemtif, Preventif, Represif, Operasi, penindakan
• Metoda Penanggulangan Preemtif, Preventif, Represif, Operasi, penindakan
terhadap separatis Bersenjata.
• Mekanisme Penanggulangan.
iii. Kondisi Aman.
• Unsur pelaksana melaksanakan tupoksi masing-masing.
• Bila temuan permasalahan
• sebagai Ransos yang me-ngancam keamanan umum, diangkat dalam forum.
• Penanganan oleh organisasi keamanan wilayah yang di-bentuk.
• Menyusun Tim Penaggulangan.
• Membuat Evaluasi & laporan.
iv. Kondisi Rawan.
• Dibentuk tim penyelesaian masalah.
• Gunakan metoda persuasif & komunikatif.
• Monitor, dan laporkan hasilnya kepada unsur terkait.
• Mekanisme Penanggulangan.
iii. Kondisi Aman.
• Unsur pelaksana melaksanakan tupoksi masing-masing.
• Bila temuan permasalahan
• sebagai Ransos yang me-ngancam keamanan umum, diangkat dalam forum.
• Penanganan oleh organisasi keamanan wilayah yang di-bentuk.
• Menyusun Tim Penaggulangan.
• Membuat Evaluasi & laporan.
iv. Kondisi Rawan.
• Dibentuk tim penyelesaian masalah.
• Gunakan metoda persuasif & komunikatif.
• Monitor, dan laporkan hasilnya kepada unsur terkait.
v. Kondisi Gawat/Darurat.
• Pendayagunaan kekuatan penindak huru-hara.
• Pendayagunaan PPRC dan TNI, bila diperlukan.
• Monitor, dan laporkan.
vi. Kondisi Akhir/Krisis.
• Konsolidasi kekuatan dan organisasi unsur pelaksana.
• Melaksanakan kegiatan rehabilitasi daerah.
• Kembalikan kondisi lingku-ngan seperti semula.
vii. Komando dan Pengendalian (Kodal).
• Kondisi aman, jika ada masalah keamanan Kodal di-
bawah organisasi keamanan wilayah.
• Kondisi rawan, Kodal di tangan organisasi kemanan
wilayah.
• Kondisi Gawat/Darurat, Kodal di tangan organisasi
keamanan wilayah.
• Kondisi Rehabilitasi, Kodal masih di bawah organisasi
keamanan wilayah dan secara bertahap kembali
ketupoksi masing-masing.
• Pendayagunaan kekuatan penindak huru-hara.
• Pendayagunaan PPRC dan TNI, bila diperlukan.
• Monitor, dan laporkan.
vi. Kondisi Akhir/Krisis.
• Konsolidasi kekuatan dan organisasi unsur pelaksana.
• Melaksanakan kegiatan rehabilitasi daerah.
• Kembalikan kondisi lingku-ngan seperti semula.
vii. Komando dan Pengendalian (Kodal).
• Kondisi aman, jika ada masalah keamanan Kodal di-
bawah organisasi keamanan wilayah.
• Kondisi rawan, Kodal di tangan organisasi kemanan
wilayah.
• Kondisi Gawat/Darurat, Kodal di tangan organisasi
keamanan wilayah.
• Kondisi Rehabilitasi, Kodal masih di bawah organisasi
keamanan wilayah dan secara bertahap kembali
ketupoksi masing-masing.
Setelah mencermati uraian mengenai kondisi
sosial masyarakat Indonesia serta menganalisis berbagai krisis, maka konsep
upaya penanggulangan Kerawanan Sosial Secara Terpadu antara lain :
o Mengklasifikasi Permasalahan Kerawanan Sosial.
Lihat sumber penyebab (fisik dan non fisik).
Lihat jenis gejolak (fisik dan non fisik).
Lihat motif gejolak (fisik dan non fisik).
o Eskalasi Kerawanan Sosial.
o Pokok Kebijaksanaan Penanggulangan yaitu :
o Mengklasifikasi Permasalahan Kerawanan Sosial.
Lihat sumber penyebab (fisik dan non fisik).
Lihat jenis gejolak (fisik dan non fisik).
Lihat motif gejolak (fisik dan non fisik).
o Eskalasi Kerawanan Sosial.
o Pokok Kebijaksanaan Penanggulangan yaitu :
E.Prinsip
penanggulangan
•
Kenali akar permasalahan
• Memakai cara demokratis
• Utamakan pencegahan
• Hindari kerugian
• Dahulukan yang dampak-nya mengganggu masyarakat umum
• Mengambil jalan musya-warah untuk mufakat
• Hindari terjadinya korban jiwa.
• Pegang teguh prosedur hukum.
• Memakai cara demokratis
• Utamakan pencegahan
• Hindari kerugian
• Dahulukan yang dampak-nya mengganggu masyarakat umum
• Mengambil jalan musya-warah untuk mufakat
• Hindari terjadinya korban jiwa.
• Pegang teguh prosedur hukum.
2.4.Kesenjangan Akses
Terhadap Air Bersih Semakin Melebar
“ Pada tahun 2012, 84% kelompok masyarakat 20% terkaya
mempunyai akses
terhadap air bersih,
sementara hanya 48% kelompok
masyarakat 20% termiskin
mempunyai akses. Kesenjangan akses ini cenderung melebar
selama 5 tahun
terakhir.”
Air
bersih adalah salah satu komoditas vital yang seyogyanya dapat dinikmati oleh
seluruh
masyarakat tanpa terkecuali. Pemerataan akses terhadap fasilitas kesehatan
seperti
air bersih berkontribusi terhadap pemerataan kualitas sumber daya
manusia
dan pada akhirnya pemerataan pendapatan.
Di
Indonesia, akses terhadap
air bersih
oleh seluruh penduduk secara umum
mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Akan tetapi masih terdapat beberapa hal
yang
mengganjal dan nyaris luput dari perhatian. Ironisnya hal ini
terjadi setelah era
reformasi.
Hal pertama adalah
bahwa peningkatan akses masyarakat terhadap air bersih
tidak
mengalami percepatan selama
satu dasawarsa terakhir. Sebelum tahun 2000,
peningkatan jumlah pengakses air bersih
bertambah dalam besaran yang semakin
tinggi dari tahun ke
tahun. Namun setelah tahun 2000, peningkatan jumlah pengakses
bertambah namun dalam
jumlah yang terus menurun.
Kejadian
ini ditambah dengan situasi dimana akses terhadap air bersih antar
kelompok
masyarakat masih belum merata. Jika kita membagi masyarakat ke dalam
5
golongan pendapatan, lalu kita bandingkan kelompok masyarakat termiskin dan
terkaya,
diperoleh gambaran memprihatinkan. Pada tahun 2012, 84% dari kelompok
masyarakat
20% terkaya sudah memiliki akses terhadap air bersih, sementara itu
hanya
48% kelompok 20% termiskin yang memiliki akses. Artinya, kurang dari
setengah
masyarakat kelompok 20% termiskin yang dapat memperoleh air bersih.
Lebih
parahnya lagi, kesenjangan tersebut cenderung melebar selama 5 tahun
terakhir.
Sebelum era reformasi, kesenjangan dalam akses air bersih antara kelompok
20%
terkaya dan 20% termiskin masih berada di bawah 30%. Namun pasca
reformasi,
kesenjangan justru makin tinggi. Tahun 2007 adalah tahun dimana
kesenjangan
sudah menembus angka 32%. Sementara itu tahun 2009 merupakan
periode
terburuk dalam pemerataan akses air bersih karena kesenjangan antara
kelompok
terkaya dan termiskin mencapai 37%.
Mengapa semakin
melebar? Sebagai ilustrasi, dari tahun 2006 ke 2007 akses
terhadap air bersih di
tingkat nasional meningkat hampir sebesar 4%, yaitu dari 52%
menjadi 56%. Namun jika
dilihat secara seksama menurut 5 golongan pendapatan
tadi, peningkatan akses
yang dialami oleh golongan pendapatan 20% termiskin hanya
sebesar 1%, yaitu dari
41% ke 42%, sedangkan 4 kelompok lain yang berada
diatasnya
meningkat sekitar 3.8% hingga 4.3%. Tahun selanjutnya lebih membuat
miris.
Masyarakat termiskin hanya mampu meningkat 1% dalam mengakses,
sementara
masyarakat terkaya bisa mencapai 6% peningkatan akses.
Karena
air bersih tidak gratis dan untuk memperolehnya masyarkat perlu bersaing,
baik
dengan membeli atau membangun infrastruktur air bersih di tingkat rumah
tangga,
maka kondisi diatas mengindikasikan bahwa masyarakat miskin semakin
tidak
berdaya dalam bersaing dengan masyarakat yang lebih kaya untuk memperoleh
akses
ke prasarana dasar sekalipun. Harapan agenda pembangunan kedepan,
pemerataan
akses terhadap air bersih tentunya bukan ingin dicapai dengan adanya
perlambatan
dalam peningkatan akses oleh salah satu golongan masyarakat, yaitu
dalam
hal ini kelompok masyarakat terkaya. Namun bagaimana caranya agar
masyarakat
miskin, terutama termiskin, dapat mencapai akselerasi dalam
peningkatan
akses ke air bersih.
2.5.Keberpihakan
pemerintah terhadap masyarakat miskin
Tidak sulit menemukan orang miskin di negeri ini. Kalau kita berpegang pada garis kemiskinan standar internasional sebesar $2 per hari per orang, lebih dari setengah orang Indonesia adalah orang miskin. Selain kemiskinan, ketimpangan juga cukup parah di Indonesia.
Di saat yang bersamaan kita bisa melihat orang mengendarai mobil berharga milyaran rupiah dan juga anak yang kekurangan gizi. Hal ini cukup kontras dan menyedihkan mengingat klaim berbagai pihak bahwa pembangunan pesat, terutama diindikasikan dengan pertumbuhan ekonomi, terjadi di negeri ini. Mengapa demikian? Salah satunya karena kita terlalu sering percaya pada asumsi-asumsi palsu bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi selalu diikuti dengan berkurangnya ketimpangan sehingga kurang berorientasi pada hal-hal nyata keseharian sebagaian besar rakyat yang hidupnya belum sejahtera. Pemerintah tentunya punya andil dalam kesalah-kaprahan ini. Pemerintah adalah entitas terbesar di negeri ini karena mempunyai kewenangan mengelola anggaran publik. Anggaran publik yang sebesar 20% PDB, secara teoritis dan alamiah, salah satu peran utamanya adalah peran distribusi yaitu mengurangi kesenjangan yang ada di masyarakat. Jika kesenjangan masih massive terjadi di Indonesia, tentunya masih ada yang salah dengan pengelolaannya.
Sesuai
dengan istilahnya, anggaran publik adalah anggaran milik publik. Anggaran
publik yang dimanifestasikan dalam APBN dan APBD serta direalisasikan dalam
berbagai projek dan program berasal dari kantong rakyat melalui berbagai pajak
dan pungutan. Oleh karena itu sudah selayaknya lah program dan projek-projek
yang didanai oleh anggaran publik dipastikan digunakan sebesar-besarnya untuk
kepentingan rakyat banyak, bukan segelintir orang dan kelompok saja.
Anggaran publik yang berpihak setidaknya mempunyai dua prinsip. Pertama, harus bersifat cost-effective, yaitu dapat mencapai tujuan-nya dengan biaya yang paling rendah, dan kedua harus dapat mengurangi ketimpangan. Dana publik untuk membiayai program-program yang ternyata tidak terarah, tidak kentara dampak dan efektivitas-nya, serta memboroskan anggaran menyalahgunakan amanat penyandang dana (dalam hal ini rakyat) dan tidak berpihak kepada rakyat. Prinsip bahwa anggaran publik harus berpihak harus secara eksplisit dikaitkan dengan dua indikator yaitu kemiskinan dan ketimpangan. Progam-program pemerintah yang didanai publik bukan hanya harus mengurangi jumlah orang miskin, tetapi juga mengurangi kesenjangan antara yang miskin dan yang kaya.
Anggaran publik yang berpihak setidaknya mempunyai dua prinsip. Pertama, harus bersifat cost-effective, yaitu dapat mencapai tujuan-nya dengan biaya yang paling rendah, dan kedua harus dapat mengurangi ketimpangan. Dana publik untuk membiayai program-program yang ternyata tidak terarah, tidak kentara dampak dan efektivitas-nya, serta memboroskan anggaran menyalahgunakan amanat penyandang dana (dalam hal ini rakyat) dan tidak berpihak kepada rakyat. Prinsip bahwa anggaran publik harus berpihak harus secara eksplisit dikaitkan dengan dua indikator yaitu kemiskinan dan ketimpangan. Progam-program pemerintah yang didanai publik bukan hanya harus mengurangi jumlah orang miskin, tetapi juga mengurangi kesenjangan antara yang miskin dan yang kaya.
Ironisnya,
masih banyak kebijakan publik di Indonesia yang pro-rich, ketimbang pro-poor.
Seakan-akan negara tidak pernah dirasakan kehadirannya oleh mereka yang lemah
atau dilemahkan, yang miskin atau dimiskinkan. Padahal, kebijakan publik
seharusnya lebih memihak orang miskin ketimbang orang kaya. Selain jumlah
penduduk miskin lebih besar daripada penduduk kaya, orang kaya memiliki sumber
daya untuk menolong dirinya sendiri. Tanpa ditolong negara, orang kaya mampu
menolong dirinya sendiri dan bahkan menolong orang lain.
Di
sisi lain, pemerintah belum memiliki kebijakan berparadigma pro-rakyat miskin.
Isu kemiskinan selama ini lebih banyak dijadikan komoditas politik. Data
kemiskinan kerap dijadikan "siasat" bagi kepentingan politik semata.
Belum lagi, dana pengentasan kemiskinan selama ini bersandar pada dana utang.
Pemerintah belum memiliki paradigma pro-rakyat miskin dan sering salah
mengimplementasikan program penanggulangan kemiskinan. Tidak semua tingkat
pemerintahan mengerti akan paradigma pro-rakyat miskin ataupun paradigma
partisipatif. Selama ini kita menganggap masyarakat yang harus diberdayakan,
padahal pemerintah pun belum tentu mengerti pro-rakyat miskin dan paradigma
partisipatif itu seperti apa. Akibatnya, sering salah urus dan salah sasaran.
Contoh
lain, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan subsidi benih untuk petani yang
pada akhirnya hanya menciptakan pola ketergantungan di kalangan petani. Selain
itu, 70% petani Indonesia adalah petani yang tidak memiliki lahan. Pola
industrialisasi yang semakin luas dengan ketentuan yang longgar juga semakin
menggeser petani untuk menjadi buruh. Di sisi lain, keputusan pemerintah
untuk mengurasi subsidi BBM menciptakan penderitaan berkepanjangan bagi
masyarakat miskin.
Kebijakan-kebijakan pemerintah yang top down itu semakin menunjukkan ketidakberpihakan penguasa terhadap nasib rakyat miskin yang semakin sulit mengais rezeki. Dalam membuat kebijakan, pemerintah terkesan didikte oleh lembaga keuangan internasional (Bank Dunia, ADB) dan terlalu berpihak kepada pengusaha besar. Lihat saja Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM-Mandiri) yang diluncurkan pemerintah akhir 2007. PNPM dikatakan sebagai progam lanjutan penanggulangan kemiskinan sebelumnya, yaitu P2KP dan PPK. Namun, jika kita melihat latar belakangnya, PNPM dibuat semata-mata untuk memenuhi tuntutan memperoleh dana pinjaman dari luar negeri. Dan yang lebih parah, PNPM merupakan kumpulan proyek yang pada akhirnya hanya akan memperparah kondisi kemiskinan masyarakat.
Kebijakan-kebijakan pemerintah yang top down itu semakin menunjukkan ketidakberpihakan penguasa terhadap nasib rakyat miskin yang semakin sulit mengais rezeki. Dalam membuat kebijakan, pemerintah terkesan didikte oleh lembaga keuangan internasional (Bank Dunia, ADB) dan terlalu berpihak kepada pengusaha besar. Lihat saja Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM-Mandiri) yang diluncurkan pemerintah akhir 2007. PNPM dikatakan sebagai progam lanjutan penanggulangan kemiskinan sebelumnya, yaitu P2KP dan PPK. Namun, jika kita melihat latar belakangnya, PNPM dibuat semata-mata untuk memenuhi tuntutan memperoleh dana pinjaman dari luar negeri. Dan yang lebih parah, PNPM merupakan kumpulan proyek yang pada akhirnya hanya akan memperparah kondisi kemiskinan masyarakat.
BAB III
KESIMPULAN DAN
SARAN
1. Kesimpulan
Masalah kemiskinan di Indonesia memang
sangat rumit untuk dipecahkan. Dan tidak hanya di Indonesia saja sebenarnya
yang mengalami jerat kemiskinan, tetapi banyak negara di dunia yang mengalami
permasalahan ini.
Upaya penurunan tingkat kemiskinan
sangat bergantung pada pelaksanaan dan pencapaian pembangunan di berbagai
bidang. Oleh karena itu, agar pengurangan angka kemiskinan dapat
tercapai,dibutuhkan sinergi dan koordinasi program-program pembangunan di
berbagai sektor,terutama program yang menyumbang langsung penurunan kemiskinan.
Negara yang ingin membangun
perekonomiannya harus mampu meningkatkan
standar hidup penduduk negaranya, yan gdiukur dengan kenaikan penghasilan riil
per kapita. Indonesia sebagai negara berkembang memenuhi aspek standar
kemiskinan diantaranya merupakan produsen barang primer,memiliki masalah
tekanan penduduk,kurang optimalnya sumber daya alam yang diolah,produktivitas
penduduk yang rendah karena keterbelakangan pendidikan,kurangnya modal
pembangunan,dan orientasi ekspor barang primer karena ketidakmampuan dalam
mengolah barang-barang tersebut menjadi lebih berguna.
2. Saran
Dalam menghadapi kemiskinan di zaman
global diperlukan usaha-usaha yang lebih kreatif,inovatif dan eksploratif.
Selain itu,globalisasi membuka mata bagi Pegawai pemerintah,maupun calon
pegawai pemerintah agar berani mengambil sikap yang lebih tegas sesuai dengan
visi dan misi bangsa Indonesia ( tidak memperkaya diri sendiri dan
kelompoknya). Dan mengedepankan partisipasi masyarakat Indonesia untuk lebih
eksploratif. Di dalam menghadapi zaman globalisasi ke depan mau tidak mau
dengan meningkatkan kualitas SDM dalam pengetahuan,wawasan,skill,mentalitas dan
moralitas yang standarnya adalah standar global.
DAFTAR PUSTAKA
2.http://aliansirakyatmiskinbanyuwangi.blogspot.co.id/2011/01/kebijakan-
pemerintah-belum-berpihak.html.
3.http://brainly.co.id/tugas/2521424.
4.http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/04/definisi-kemiskinan.html.
5.http://dianaapriliyanti.blogspot.co.id/2013/12/terjadinya-kemiskinan-
pengangguran-dan.html.
6.http://heru-adipraja.blogspot.co.id/2013/07/lapangan-kerja-pengangguran-
dan.html. .
7.http://keberpihakan.org/page/articles/4.
8.http://kuliahnyata.blogspot.co.id/2013/07/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi.html.
9.http://priennovita.blogspot.co.id/2015/05/kemiskinan-dan-kesenjangan-
perekonomian.html.
10,http://www.ceds.fe.unpad.ac.id/publications/analisis-ceds/177-prinsip-
keberpihakan-anggaran-publik.html.
11.http://www.dunsarware.com/2015/08/pengertian-kesenjangan-social-
faktor.html.
12.http://www.slideshare.net/BagusCahyoJayaP/kemiskinan-dan-kesenjangan-
perekonomian-indonesia-bab-3.
13.https://gudangmakalah.blogspot.co.id/2012/12/makalah-pengangguran-dan-
kemiskinan-di.html.
14.https://pojokmakara.wordpress.com/2011/01/26/kebijakan-pemerintah-yang-
berpihak-pada-rakyat/.
https://www.academia.edu/13115657/Kesenjangan_Sosial_dalam_Akses_terha dap_Pelayanan_Kesehatan_di_Provinsi_Nusa_Tenggara_Timur.
https://www.academia.edu/9184953/PERANAN_PEMERINTAH_TERHADA P_PERMASALAHAN_KEMISKINAN_DI_INDONESIA.
18.Tambunan, T..